Minggu, 06 Mei 2012

Segitiga Api (Fire Triangle)

Munculnya beberapa kasus kebakaran di beberapa daerah mengingatkan penulis untuk berbagi sedikit pengetahuan tentang segitiga api. Segitiga api adalah relasi tiga unsur penting yang menjadi prasyarat munculnya api sehingga dengan memahaminya akan memudahkan langkah-langkah pencegahan kebakaran serta bagaimana memadamkan api ketika dia muncul.

Ketiga elemen yang menjadi prasyarat munculnya api adalah:
1. Oksigen 
2. Panas
3. Bahan yang mudah terbakar (fuel).

Aplikasi sederhana dalam pencegahan kebakaran adalah dengan mencegah bertemunya ketiga elemen tersebut dalam satu ruang atau titik tertentu. Misalnya kita bekerja dengan menggunakan bahan yang mudah terbakar maka sebisa mungkin tidak ada percikan api (ignition) yang dapat menjadi kebakaran. Apabila kita bekerja dengan panas misalnya maka harus dipastikan tidak ada bahan (dan terutama gas) yang mudah terbakar di ruangan tersebut.

Yang tak kalah penting untuk diperhatikan, menurut saya, adalah bahan yang mudah terbakar apa yang sedang terbakar. Hal ini akan menentukan bagaimana api tersebut dipadamkan. Kerap kali di masyarakat api selalu dipadamkan dengan menggunakan air padahal terkadang hal itu dapat menyebabkan keadaan bertambah buruk. Bahan mudah terbakar atau bahan bakar (fuel) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kelas A- bahan mudah terbakar (combustible material) bukan logam, misalnya: kayu, kertas,dsb.
Kelas B- cairan mudah terbakar (flamable liquids) non logam, misalnya: bensin, solar, dsb.
Kelas C- elektrikal, setiap peralatan listrik yang dalam kondisi teraliri (plug in)
Kelas D- Logam (Metals): potassium, sodium, aluminum, magnesium

Berdasarkan klasifikasi tersebut maka muncul jenis kebakaran yang berbeda yang memerlukan cara penanganan yang berbeda pula sehingga muncul beberapa tipe alat pemadam api (fire extinguisher):
 1. Air Pressurized Water Extinguisher (alat pemadam api dengan tekanan air)
Alat ini menggunakan tekanan air untuk memadamkan api. Cara kerjanya adalah dengan "mengambil" komponen panas dari segitiga api. Perlu diperhatikan bahwa pemadaman dengan air hanya cocok digunakan untuk kebakaran kelas A. Akan sangat berbahaya apabila digunakan pada kebakaran akibat listrik karena air adalah pengantar listrik yang baik (konduktor). Apabila digunakan pada kebakaran bahan cair malah dapat memperluas area kebakaran.
2. Carbon Dioxide Extinguisher (alat pemadam api dengan karbon dioksida)
Menggunakan tekanan karbon dioksida di dalamnya. Bekerja dengan cara menggantikan oksigen dengan karbon dioksida sehingga tidak terbentuk segitiga api. Suhu yang dingin dari karbon dioksida juga membantu meredakan elemen panas dari segitiga api. Pemadam tipe ini digunakan untuk kebakaran kelas B dan C saja, kurang efektif untuk digunakan pada kelas A karena kurang dapat menggantikan oksigen secara efektif pada kebakaran kelas ini. 
3. Dry Chemical Extinguisher (alat pemadam api dengan bahan kimia kering) 
Alat ini menggunakan bahan baku yang disesuaikan dengan kebutuhan kemungkinan kebakaran yang terjadi (sesuai label yang ada pada kemasan, misal: BC untuk kebakaran kelas B dan C, sedangkan ABC untuk kelas A, B, dan C). Cara kerja adalah dengan menyelimuti bahan mudah terbakar dengan lapisan debu kimia sehingga terputus dari oksigen di udara. Selain itu alat ini bekerja dengan menghentikan reaksi kimia dari api sehingga dapat secara efektif memadamkan api.

Demikian share ini mudah-mudahan bermanfaat, lebih kurang silahkan ditambahi atau dikurangi di bagian komen, terima kasih.

Rujukan: 
http://ehs.sc.edu/modules/Fire/01_triangle.htm



Tidak ada komentar:

Posting Komentar